Maneki-neko, patung kucing dengan cakar terangkat yang melambai, telah lama menjadi simbol keberuntungan, sering terlihat di depan toko atau restoran di Jepang. Meskipun sering dianggap melambai, patung ini sebenarnya tidak melakukannya. Dalam tradisi Jepang, memberi isyarat berarti dengan telapak tangan menghadap ke depan. Keberuntungan yang dibawa oleh maneki-neko bermula dari legenda kucing bernama Tama yang berasal dari kuil Gōtoku-ji di Tokyo pada masa Edo. Kucing ini dikatakan telah menyelamatkan hidup seorang daimyo, Ii Naotaka, dengan memanggilnya menuju tempat perlindungan saat kilat menyambar. Sebagai tanda terima kasih, Daimyo tersebut mengangkatnya sebagai pelindung kuil, dan sejak itu, maneki-neko menjadi simbol keberuntungan.
Selain itu, terdapat juga kisah di Kuil Imado, di Asakusa, Tokyo. Seorang wanita tua yang miskin membuat patung kucing berdasarkan mimpi kucing peliharaannya, yang mengatakan bahwa patung tersebut akan membawa keberuntungan. Patung-patung tersebut kemudian dijual dan membawa keberuntungan bagi wanita itu. Kucing juga memiliki makna lebih dalam bagi orang Jepang. Mereka dianggap sebagai penjaga yang membawa keberuntungan dan kemakmuran jika dipelihara dengan baik. Bahkan, mitos mengatakan bahwa jika seseorang membunuh kucing, mereka akan dihantui selama tujuh generasi.
Patung ini tidak hanya ditemukan di Jepang, tetapi juga telah menyebar ke berbagai negara di Asia dan dunia. Pada zaman Meiji, patung maneki-neko mulai digunakan sebagai pengganti jimat tradisional yang dilarang oleh pemerintah. Kini, maneki-neko tidak hanya ada dalam bentuk patung, tetapi juga dalam berbagai karakter multimedia yang muncul dalam seni, mode, dan permainan video. Di Jepang, patung ini bisa ditemukan di toko-toko dan kuil-kuil, serta di festival yang diadakan setiap tahun. Di luar Jepang, ada Museum Kucing Keberuntungan di Ohio, Amerika Serikat, yang menampilkan ribuan koleksi maneki-neko. Bagi banyak orang, maneki-neko tetap menjadi simbol harapan dan keberuntungan, baik di Jepang maupun di dunia.