https://tsuhanfx.com

Rahasia Umur Panjang di Ogimi: Pelajaran dari Desa di Okinawa

Di Desa Ogimi, yang terletak di utara pulau utama Okinawa, terdapat sebuah batu penanda yang berisi kalimat bijak dalam bahasa Jepang. Diterjemahkan, kalimat tersebut menyarankan bahwa pada usia 80, seseorang masih muda, dan pada usia 90, jika leluhur mengundang untuk datang ke surga, sebaiknya menunggu hingga usia 100 tahun sebelum mempertimbangkannya. Hal ini mencerminkan pola hidup yang luar biasa di Ogimi, yang memiliki banyak penduduk berusia seratus tahun. Bahkan, pada sensus terakhir, 15 dari 3.000 penduduknya tercatat berusia lebih dari seratus tahun, dengan 171 lainnya berusia 90-an.

Sebelum pandemi COVID-19, desa ini mulai menarik perhatian wisatawan yang penasaran dengan rahasia umur panjang penduduknya. Ogimi adalah bagian dari Okinawa, yang dikenal sebagai “zona biru,” sebuah wilayah yang ditemukan oleh penjelajah National Geographic, Dan Buettner, yang menyebutkan bahwa orang-orang di sini hidup lebih lama dan lebih bahagia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi umur panjang di Okinawa adalah pola makan, gaya hidup sosial, dan faktor genetika.

Pola makan masyarakat Okinawa terkenal kaya akan sayuran dan buah-buahan, serta mengonsumsi lebih banyak ikan dibandingkan daging. Mereka juga mengutamakan pembatasan kalori, yang dianggap membantu memperpanjang usia. Selain itu, masyarakat Okinawa sangat menekankan pentingnya hubungan sosial melalui kegiatan seperti moai, kelompok sosial yang mendukung kesejahteraan mental. Bahkan selama pandemi, mereka tetap menjaga kebersamaan dan menyesuaikan cara bertemu dengan teknologi, seperti pertemuan daring.

Sapporo Summer Festival: Musim Panas Penuh Warna di Utara Jepang

Musim panas di Jepang tak hanya ditandai oleh suhu yang mencapai lebih dari 30 derajat Celsius, tapi juga oleh hadirnya berbagai festival penuh keceriaan. Salah satu perayaan yang paling dinantikan adalah Sapporo Summer Festival, yang setiap tahunnya menghidupkan suasana Kota Sapporo di Hokkaido. Festival ini menjadi daya tarik istimewa karena mematahkan citra Hokkaido sebagai wilayah bersalju, menghadirkan kemeriahan warna, musik, dan semangat masyarakat dalam suasana musim panas. Festival tahunan ini telah digelar sejak tahun 1954 dan akan kembali hadir pada 18 Juli hingga 16 Agustus 2025.

Sapporo Summer Festival berlangsung selama satu bulan penuh dan menghadirkan beragam acara menarik di berbagai titik kota. Di Odori Park, pengunjung dapat menikmati beer garden raksasa yang menyajikan bir dari berbagai merek ternama seperti Kirin dan Sapporo, serta bir internasional. Sambil mencicipi aneka hidangan, suasana taman pun semakin hidup dengan tawa dan musik yang meriah. Tak hanya itu, pertunjukan tradisional Bon Odori juga digelar di lokasi yang sama, mengajak pengunjung untuk ikut menari bersama dalam balutan yukata musim panas, meski jadwal pastinya baru akan diumumkan pada bulan Mei.

Selain itu, Tanuki Festival yang berlangsung di Tanukikoji Shopping Street akan menyemarakkan pusat perbelanjaan legendaris ini dengan dekorasi, penampilan budaya, dan penawaran menarik. Digelar pada tanggal 18 Juli hingga 16 Agustus 2025, festival ini sudah mencapai gelaran ke-72. Tidak ketinggalan, kawasan Susukino pun turut meriah dengan Susukino Festival dan parade Oiran Dochu yang menjadi ciri khasnya. Bagi siapa pun yang ingin menikmati hangatnya musim panas di Jepang, Sapporo Summer Festival menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

Ohitorisama: Tren Menikmati Kesendirian ala Jepang yang Kian Populer

Di Indonesia, melakukan kegiatan seorang diri di ruang publik masih sering dianggap aneh atau bahkan memunculkan rasa iba dari orang lain. Namun, di Jepang, hal ini justru menjadi bagian dari budaya modern yang dikenal dengan istilah ohitorisama. Secara harfiah berarti “pesta satu orang”, konsep ini merayakan kesenangan dalam menjalani berbagai aktivitas tanpa perlu kehadiran orang lain.

Awal mula tren ini bisa ditelusuri dari fenomena benjo meshi, di mana sejumlah pelajar dan pekerja memilih makan sendirian di toilet karena merasa tidak nyaman bergabung dengan kelompok sosial saat waktu istirahat. Seiring waktu, kebiasaan ini meluas ke ruang publik, mendorong munculnya berbagai layanan khusus individu, seperti restoran hitori yakiniku yang memungkinkan pelanggan memanggang daging sendirian tanpa rasa canggung berkat adanya sekat antar meja.

Tak hanya restoran, berbagai hotel di Jepang juga menawarkan fasilitas khusus untuk tamu solo, seperti hotel kapsul yang menghadirkan kenyamanan dan privasi. Bahkan, tren ini merambah ke dunia karaoke, yang dulunya identik dengan kegiatan bersama. Kini, banyak tempat karaoke menyediakan ruang pribadi bagi satu orang karena permintaannya terus meningkat.

Fenomena ini mencerminkan tingginya tingkat individualisme masyarakat Jepang. Namun, ohitorisama tidak dilihat sebagai bentuk isolasi, melainkan sebagai cara untuk mengeksplorasi diri dan menikmati hidup tanpa tekanan sosial. Dalam dunia yang semakin bising oleh media sosial, banyak orang Jepang merasa bahwa kesendirian justru memberi ketenangan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Jepang Dorong Perdagangan Bebas dalam Kunjungan PM Ishiba ke Asia Tenggara

Perdana Menteri Jepang, Ishiba Shigeru, direncanakan akan melakukan lawatan penting ke Vietnam dan Filipina pada pekan depan. Kunjungan ini bertujuan untuk mengadakan dialog strategis dengan para pemimpin kedua negara terkait kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump. Agenda ini disusun secara matang guna membuka ruang pembicaraan tingkat tinggi secara terpisah dengan masing-masing kepala negara, demi memperkuat sinergi kawasan.

Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin negara diharapkan akan membahas dampak luas dari kebijakan tarif tersebut, termasuk potensi gangguan terhadap stabilitas sistem perdagangan bebas global dan dampaknya terhadap perekonomian negara-negara berkembang di Asia Tenggara. Mereka juga kemungkinan besar akan bertukar informasi terkait alasan dan klaim yang diajukan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam menerapkan kebijakan proteksionis yang kontroversial tersebut.

Ishiba diperkirakan akan menegaskan pentingnya menjaga tatanan internasional yang terbuka dan bebas, yang berlandaskan pada prinsip supremasi hukum. Ia ingin memastikan bahwa Jepang, bersama dengan Vietnam dan Filipina, tetap konsisten dalam membela prinsip-prinsip perdagangan adil di tengah perubahan kebijakan global yang penuh ketidakpastian.

Tak hanya isu ekonomi, kerja sama di bidang keamanan juga menjadi bagian penting dari pembahasan. Terutama karena meningkatnya aktivitas maritim Tiongkok yang dianggap dapat mengancam kestabilan regional. Jepang memandang perlunya mempererat koordinasi keamanan dengan kedua negara tersebut guna menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Langkah diplomatik ini dipandang sebagai upaya nyata Jepang dalam memperkuat perannya di Asia Tenggara, serta menjaga keseimbangan regional di tengah tekanan geopolitik yang semakin dinamis dan menantang.

Duka di Tengah Wabah: Kepergian Barbie Hsu Guncang Wisatawan dan Jepang yang Dilanda Flu Terparah

Kematian aktris kenamaan Barbie Hsu akibat pneumonia yang dipicu oleh influenza saat berlibur di Jepang telah memicu kekhawatiran besar di kalangan pelancong. Meski jumlah wisatawan dari Tiongkok tidak mengalami perubahan drastis, perbincangan seputar risiko kesehatan dan pentingnya asuransi perjalanan mulai meningkat. Di tengah duka, topik tentang wabah flu di Jepang mendadak ramai diperbincangkan di platform media sosial, terutama setelah kabar meninggalnya Hsu pada 2 Februari 2025, ketika ia tengah menikmati liburan Imlek bersama keluarganya.

Para ahli kesehatan dari Thailand dan Hong Kong mulai memberikan peringatan kepada warganya agar mempertimbangkan ulang rencana perjalanan mereka ke Jepang. Jepang sendiri tengah menghadapi wabah flu terburuk dalam dua dekade terakhir, dengan lebih dari sembilan juta kasus tercatat sejak September 2024. Beberapa dokter bahkan menyarankan membawa obat antivirus seperti Oseltamivir atau Favipiravir bagi yang tetap nekat bepergian. Sementara itu, rumah sakit di Tokyo dan Osaka kewalahan, dan sejumlah distrik menunjukkan lonjakan kasus signifikan, terutama akibat virus influenza Tipe B.

Di sisi lain, lokasi syuting serial legendaris Meteor Garden yang diperankan Hsu kembali dipadati pengunjung. Para penggemar mengunjungi Universitas Nasional Chung Cheng di Taiwan sebagai bentuk penghormatan terakhir. Foto dan video kenangan dibagikan, mengiringi kepergian Hsu yang dikenal sebagai pemeran San Chai. Meski tur ke lokasi tersebut tetap tersedia melalui platform perjalanan, keluarga Hsu memilih untuk tidak menggelar pemakaman, menghormati permintaan pribadi sang aktris agar kepergiannya tetap tenang dan sederhana.

Wisata Seks di Jepang Marak, Turis Asing Berbondong-bondong ke Taman Okubo

Fenomena wisata seks di Jepang semakin meningkat, dipicu oleh video viral di platform media sosial seperti TikTok dan Bilibili. Turis asing, terutama dari Korea Selatan, China, Taiwan, Amerika Utara, dan Eropa, kini sering terlihat di Taman Okubo, Tokyo, yang dikenal dengan kawasan Kabukicho. Di tempat ini, sejumlah pekerja seks komersial (PSK) Jepang menawarkan layanan seks berbayar kepada para pelanggan.

Menurut laporan AFP, fenomena ini dimulai setelah beberapa video di media sosial memperkenalkan Taman Okubo sebagai tempat wisata seks yang populer di kalangan turis. Para turis yang tidak dapat berbahasa Jepang biasanya menggunakan aplikasi penerjemah untuk berkomunikasi, menanyakan harga layanan dengan tulisan “Berapa?” di ponsel mereka. PSK di Okubo beroperasi tanpa perantara atau muncikari, melayani pelanggan dengan harga mulai dari 15 ribu hingga 30 ribu yen, atau sekitar Rp1,8 juta hingga Rp3,6 juta. Banyak PSK yang lebih memilih melayani turis asing karena mereka jarang menawar harga dan sering memberi uang lebih.

Selain itu, PSK Jepang juga merasa lebih aman melayani turis asing daripada warga Jepang, mengingat mereka khawatir terhadap kemungkinan pelanggan yang merupakan polisi yang sedang menyamar. Fenomena ini semakin diperburuk oleh kondisi ekonomi Jepang yang membuat daya beli pria Jepang menurun.

Namun, ada upaya dari organisasi non-profit Rescue Hub yang berfokus pada pendampingan para PSK. Mereka memberikan tempat aman bagi perempuan-perempuan yang terlibat dalam perdagangan seks, meski banyak risiko kesehatan dan keselamatan yang mereka hadapi. Kepolisian Tokyo belum memberikan respons terkait fenomena ini, meskipun patroli di kawasan tersebut sudah ditambah sejak Desember 2024.